Friday, February 12, 2010

Why Do Onions Make You Cry?

Tangisan Bombay*.
Istilah 'nangis bombay' mungkin meledak pada kisaran tahun 90-an (saya kurang tahu apakah pada era 60-an, nenek moyang kita sudah menggunakan istilah tersebut) sejak film-film India datang menyerbu Indonesia. Bukan filmnya yang akan saya bahas (big no), nangisnya ini yang akan sedikit saya singgung. Tidak sembarang memang, orang yang pertama kali mengenalkan istilah 'nangis bombay' dia pasti mendefinisikannya sebagai tangisan yang penuh dengan banjir air mata (mungkin kadang dihiperbola dengan istilah sesenggukan menyayat hati). Sang Pelopor pasti sudah mengetahui seluk beluk ilmiah kenapa bawang bombay berkaitan erat dengan tangisan. Saya yakin pelopor -tokoh sejarah ini- yang mengenalkan istilah nangis bombay adalah orang Kimia (walaupun saya akui istilah tersebut sangat lame-phrases). 

Bawang.
Ya, bawang menyebabkan mata perih, hidung meler dan tangisan. Tetapi, masakan tanpa bawang akan menimbulkan catasthrophe (bukan begitu Chef?). Menurut Asosiasi Bawang Nasional AS (ya, badan ini eksis dan ada) asal muasal bawang berasal dari Asia Tengah dan telah tumbuh sekitar 5000 tahun lamanya. Termasuk biji-bijian yang sudah sangat lama dibudidayakan sehingga bawang ini dapat tumbuh di berbagai kontur tanah dan berbagai iklim, mudah untuk disimpan dan tidak cepat rusak dibanding dengan sayuran lain. Warna bawang yaitu merah, putih dan kuning menunjukkan tingkat kemanisan dan rasanya. Selain penambah tekstur rasa dalam masakan, bawang menjadi sangat bernilai karena kandungan senyawa kimia didalamnya. Bawang kaya akan Quercetin, salah satu senyawa flavonoid yang berpotensi besar sebagai anti-oksidan; sumber vitamin C; B5; Kalium; Serat; Asam Folat; kandungan Natrium yang rendah dan bebas Kolesterol. Ya, untuk menikmati semua keuntungan tersebut, kita harus membayarnya dengan tangisan*.

Tangisan.
Penjelasan ilmiahnya kenapa kita menangis saat memotong bawang adalah kira-kira seperti ini. Minyak akan dihasilkan bawang jika anda memotongnya. Minyak tersebut mengandung senyawa 1-propenyl-L-Cysteine sulfoxide (ingat asam amino Sistein mempunyai rantai yang mengandung Sulfur) yang akan bereaksi dengan enzim membentuk gas belerang yang mengandung senyawa propanethiol-S-oxide (lachrymatory factor). Uap belerang tersebut bereaksi dengan air yang terdapat dalam mata kita membentuk asam sulfat, asam sulfat ini lah yang menyebabkan sensasi perih pada mata. Jaringan syaraf pada mata anda sangat sensitif dan otak menerjemahkan peristiwa ini sebagai suatu tanda iritasi yang berbahaya. Sehingga otak memerintahkan kelenjar air mata untuk mengeluarkan cairan dengan maksud untuk mengencerkan asam tersebut**. Jadi, secara tidak sadar anda menangis untuk melindungi mata anda sendiri (what a smart brain, heh? Brain is a real Chemist).  

Berikut ini adalah tahapan reaksinya (klik untuk memperjelas):



Untuk menghindari tangisan, ada tindakan preventif yang bisa dilakukan saat pemotongan, diantaranya adalah:

  • memotong bawang di dalam air (gas belerang akan terlarut dalam air sebelum mencapai mata)
  • bawang disimpan di dalam freezer selama 10 menit (suhu rendah akan akan memperlambat reaksi kimia)
  • memanaskan bawang sebelum dipotong  (suhu panas akan mendenaturasi enzim)
  • menyimpan benda dalam mulut seperti sendok atau roti (bernafas dengan mulut memungkinkan gas tidak mencapai mata) ***
  • menjauhkan kepala dari bawang (jika anda mendapatkan sudut yang pas untuk melihat pisau anda)
  • memakai kaca mata pengaman (jelas)
  • menyuruh orang lain melakukannya (sangat jelas).

Tapi, apakah mungkin jika kita menghilangkan lachrymatory factor akan menghilangkan air mata? Jawabannya, ya benar, kita bisa memotong bawang tanpa menangis. Sebuah makalah yang diterbitkan oleh Jurnal Nature menjelaskan bahwa sebuah bawang akan memproduksi lachrymatory factor jika tiga komponen ini tersedia: propanethiol-S-oxide, alliinase (enzim yang bertanggung jawab untuk rasa "bawang") dan enzim  LFS (lachrymatory factor synthase). Para peneliti menemukan bahwa jika LFS ini dihilangkan, reaksi saat pemotongan tidak akan menghasilkan lachrymatory factor. Oleh karena itu, kemungkinan bawang rekayasa genetika masa depan adalah varietas unggul dengan LFS non-aktif, rasa sama serta beberapa keuntungan menyehatkan yang akan kita peroleh dengan memotongnya tanpa air mata. Malah mungkin nanti dengan senyuman****.


Sumber:
http://www.chm.bris.ac.uk/motm/pso/psoc.htm
http://chemistry.about.com/od/chemistryfaqs/f/onionscry.htm?rd=1
http://www.silviamar.com/Documents/onion.htm
http://en.wikipedia.org/wiki/Syn-propanethial-S-oxide



**mata manusia biasa saja tidak kuat terhadap asam apalagi vampir :D
***saya masih belum paham dengan mekanismenya..
****or maybe with another tears, tears of joy! hehe..



Monday, February 8, 2010

Rosalind Franklin



Rosalind Franklin lahir di London 25 Juli 1920, meninggal di kota yang sama pada 16 April 1958. Salah satu ilmuwan wanita yang disegani dan penuh kontroversi. Bagi para mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kimia Organik dan Biokimia, pasti sudah tidak asing lagi dengannya. Dialah ilmuwan kunci dalam penelitian dan penemuan struktur DNA (asam deoksiribonukleat) yang kita kenal sekarang ini. Sejarah penemuan yang penuh dengan kompetisi dan intrik, seperti diceritakan pada buku The Double Helix karangan James Watson dan Rosalind Franklin and DNA karangan Anne Sayre (saya akan mencari versi e-Booknya bila ada).  

Franklin* termasuk salah satu wanita yang berani mengambil pendidikan tinggi pada masa itu. Mengingat ayahnya tidak terlalu paham akan persamaan gender, sehingga Franklin disarankan menjadi pekerja sosial. Kekangan inilah yang menurut saya memicu Franklin berusaha menonjol dalam pendidikannya. Franklin ingin menunjukkan eksistensinya sebagai wanita yang diakui di kalangan akademis Eropa. Karirnya selepas kuliah menanjak dan cemerlang.

Awal ketertarikan Franklin terhadap struktur dimulai saat dia bekerja memperdalam teknik difraksi X-ray di Paris. Setelah tiga tahun dia kembali ke London dan bekerja di tempat dimana dia berkenalan dengan DNA yaitu di Laboratorium John Randall di King College, London. Awalnya, Franklin tidak terlalu menikmati bekerja dengan DNA. Saat Randall memberinya tanggung jawab untuk meneliti DNA, baik Franklin maupun Maurice Wilkins (partnernya) tak seorang pun yang mengerjakannya. Wilkins pergi saat itu dan dia merasa seolah-olah Franklin adalah asistennya. Dari sinilah konflik itu dimulai. Andai saja, Wilkins mau bekerjasama dengan Franklin, kemungkinan nama penemu yang tertulis pada buku-buku Kimia Organik adalah Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins bukan Watson dan Crick.

Minat dan keseriusan Franklin terhadap DNA berkembang, menggunakan ilmu yang dia pelajari selama di Paris yaitu teknik difraksi X-Ray, Franklin membuat foto X-Ray DNA. Dari sinilah kita semua tahu bahwa struktur DNA adalah double-helix (yeah, sangat sulit sekali bila kita harus menggambarnya). Foto buatan Franklin ini dengan segaja dikirimkan oleh Wilkins kepada James Watson dan Francis Crick di Universitas Cambridge. Setelah melihat foto-foto itulah Watson dan Crick melengkapi karya dan mempublikasikannya di jurnal internasional Nature. Walaupun, memang setelah itu karya Franklin juga dimuat di jurnal yang sama sebagai artikel pendukung, tetapi -tetap saja- penghargaan buat Franklin saat itu dirasa sangat kurang. Wilkins, Watson dan Crick mendapatkan penghargaan Nobel pada tahun 1962, empat tahun setelah Franklin meninggal pada usia 37 karena kanker rahim.


*She's chic, pretty, very smart, noble lady, Watson call her Rossy (clearly that he jealous of her)









Sumber:
http://www.sdsc.edu/ScienceWomen/franklin.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Rosalind_Franklin